Gambar

Apakah cadar (Baca:Niqab) itu bid’ah?

artikel2272

Mungkin banyak sahabat yang masih merasa asing ketika melihat seorang wanita bercadar. Bahkan tak jarang terbesit di dalam benak sahabat “apakah cadar merupakan ajaran Islam ataukah perkara yang baru dalam Islam?”. Seorang sahabat yang kucintai menyampaikan keprihatinannya mengenai hal ini dan berinisiatif untuk mengumpulkan dalil dari kitab ulama syafi’iyah mengenai pembahasan cadar. Kenapa hanya mengkhususkan dari kitab syafi’iyah? Jawabnya sederhana saja, menurut penjelasnya karena madzhab Imam Syafi’I adalah madzhab yang paling banyak pengikutnya di Indonesia. Hal yang paling mendasari keprihatinannya saat ini adalah ia merasa terusik dengan ulasan beberapa tokoh agama terkemuka di Indonesia yang kebanyakan bermadzhab Syafi’i namun ketika ditanya oleh para jama’ah pengajianya mengenai hukum cadar ( baca:niqab ), mereka cenderung menyuguhkan dalil-dalil sepintas menurut anggapan mereka saja. Adapun hal tersebut belum ita dapati dalam kitab klasik maupun modern milik madzhab Imam Syafi’i.

Berikut ini ulasan singakat mengenai cadar menurut madzhab Imam syafi’i

Menurut madzhab Imam Syafi’I aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah seluruh tubuh. Sehingga mereka mewajibkan wanita memaki niqab di hadapan lelaki ajnabi jika dikhawatirkan timbulnya fitnah.
Berikut ini kami sodorkan dalil-dalil mu’tamad mengenai hukum niqab menurut madzhab Imam Syafi’I sebagai referensinya:

Dalam kitab Hasyiyah asy Syarwani ala Tuhfatul Muhtaj: 2/112
إن لها ثلاث عورات : عورة في الصلاة ، وهو ما تقدم ـ أي كل بدنها ما سوى الوجه والكفين . وعورة بالنسبة لنظر الأجانب إليها : جميع بدنها حتى الوجه والكفين على المعتمد وعورة في الخلوة وعند المحارم : كعورة الرجل »اهـ ـ أي ما بين السرة والركبة
“Wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam sholat-sebagaimana telah dijelaskan yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, (2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut pandangan yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha.”

Dalam kitab Hisyiyatul Jamal : 411
غير وجه وكفين : وهذه عورتها في الصلاة . وأما عورتها عند النساء المسلمات مطلقًا وعند الرجال المحارم ، فما بين السرة والركبة . وأما عند الرجال الأجانب فجميع البدن
Maksud perkataan An-Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan telapak tangan, ini adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita Muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan mahram adalahs seluruh badan.”

Dalam kitab Fathul Qarib: 19
وجميع بدن المرأة الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وهذه عورتها في الصلاة ، أما خارج الصلاة فعورتها جميع بدنها
“Seluruh badan wanita selain wajah dan telapak tangan adalah aurat, ini aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat aurat wanita adalah seluruh badan.”

Dalam kitab Hasyiyah Ibnu Qasim ala Tuhfatul Manhaj : 3/115
فيجب ما ستر من الأنثى ولو رقيقة ما عدا الوجه والكفين . ووجوب سترهما في الحياة ليس لكونهما عورة ، بل لخوف الفتنة غالبًا
“Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan, walaupun penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup wajah dengan telapak tangan bukan karena keduanya aurat, namun karena secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah”.

Dalam kitab Kifayatul Akhyar: 181
ويُكره أن يصلي في ثوب فيه صورة وتمثيل ، والمرأة متنقّبة إلا أن تكون في مسجد وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر إليها ما يجر إلى الفساد حرم عليها رفع النقاب

“Makruh hukumnya shalat dengan pakaian yang bergambar atau lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat. Kecuali jika di masjid kondisinya sulit terjaga dari pandnagan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab (Cadar )”.

Dari ibarot-ibarot di atas dapat kita simpulkan sebagai mafhum bahwa memakai niqab itu sangat dianjurkan dan tidaklah bid’ah sama sekali. Bahkan jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah maka memaki niqab menjadi wajib hukumnya.
Demikianlah pembahasan singkat menegnai hukum cadar. Sudah terjawabkan pertanyaan sahabat? Jadi tak perlu kita merasa asing dan memandang aneh muslimah yang bercadar lebih jauh lagi tak perlu mengolok-olok dan menyematkan julukan yang buruk seperti teroris, ekstrimis, dan lain sebagainya kepada mereka. Cadar adalah kemuliaan bagi wanita muslimah. Karena ketika olok-olokan yang terlontar sejatinya bukan muslimah bersangkutan saja yang menjadi sasaran utama olok-olokan, akan tetapi tanpa sadar lisan tersebut telah menjadikan syariat Allah sebgai olok-olokan, Na’udzubillah.

Kami ucapkan terimakasih kepada guru besar kami al-Ustadzah al-Kuwaitiyah dan saudara (yang tidak perlu kami sebut namanya) ) Semoga Allah merahmati keduany yang telah menyempatkan mencari sumber hukum dari kitab-kitab syafi’iyah. Semoga dengan tulisisan singkat ini dapat menambah wawasan kita mengenai hijab dan menambah kecintaan kita kepada ilmu syar’i(Akhsani Taqwiim)

Tinggalkan komentar